Peduli Bumi Kelola Limbah Sejak Dini
Besarnya permintaan pasar terhadap teknologi terbaru membuat penggunaan gadget meroket. Masa-masa ini, dimana gadget sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari, sepertinya mengikuti trend gadget terbaru menjadi sebuah keharusan. Itu juga yang membuat konsumen secara cepat mengganti gadget mereka ke model yang terbaru. Banyak dari kita yang sangat peduli dengan fitur-fitur teknologi terbaru, tetapi tidak dibarengi dengan kepedulian terhadap konsekuensi setelah barang-barang tersebut tidak terpakai. Sampah elektronik kini menjadi limbah elektronik yang paling cepat meningkat lho, DomaiNesians.
E-waste dan Pembagian Jenisnya
Menurut Global E-waste Monitor, sampah elektronik atau e-waste mengacu pada semua item dari peralatan listrik dan elektronik yang telah dibuang oleh pemiliknya. Limbah elektronik ini termasuk berbagai macam produk rumah tangga yang menggunakan komponen listrik atau baterai. Sampah elektronik memiliki enam kategori, yaitu:
- Temperature Exchange Equipment: pendingin ruangan (Air Conditioner), lemari es, freezer, dan pemanas ruangan.
- Layar dan monitor: peralatan seperti televisi, monitor, laptop, notebook dan tablet.
- Lampu: peralatan seperti lampu neon, lampu LED, atau lampu dengan intensitas tinggi.
- Peralatan besar: peralatan seperti mesin cuci, mesin pengering pakaian, mesin cuci piring, kompor listrik, mesin percetakan, mesin fotokopi.
- Peralatan kecil: peralatan seperti vacuum cleaner, microwave, alat pemanggang roti (toaster), teko elektrik, kalkulator, timbangan, radio, kamera, mainan elektronik, dan alat-alat medis.
- Peralatan IT dan Telekomunikasi kecil: ponsel, GPS, kalkulator saku, router, komputer pribadi, printer dan telepon.
Setiap produk dari keenam kategori di atas memiliki waktu pemakaian yang berbeda-beda, yang berarti masing-masing produk juga memiliki jumlah limbah elektronik yang berbeda-beda. Tak hanya itu, produk-produk tersebut juga memiliki nilai ekonomis dan dampak lingkungan yang berbeda jika diolah secara tidak tepat. Oleh karena itu, proses pengumpulan dan daur ulang teknologi tersebut juga berbeda untuk setiap kategori.
Baca juga: DomaiNesia Peduli Internet Indonesia
Sampah Elektronik di Indonesia
Pada tahun 2016, jumlah sampah elektronik di Indonesia mencapai 1,3 juta ton. Jumlah tersebut sama dengan rata-rata orang Indonesia memproduksi limbah elektronik sebesar 4,9 kilogram per kapita. Sampah elektronik harus dikelola dengan cara yang berbeda karena mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun. Namun, kontributor terbesar sampah elektronik di Indonesia adalah sektor informal. Besarnya jumlah sampah yang dibuang tidak dibarengi dengan cara mengelola yang tepat. Penanganan yang tidak tepat kemudian akan menimbulkan pencemaran air, udara dan tanah. Pengelolaan yang tepat tidak hanya akan mengurangi pencemaran lingkungan, namun bisa menjadi sesuatu yang memiliki manfaat.
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa pengelolaan sampah elektronik yang tidak tepat memiliki dampak negatif. Seperti pada TV tabung yang mengandung banyak timbal, LCD dan smartphone banyak mengandung kadmium, beryllium, BFR, merkuri dan jenis-jenis lainnya. Logam-logam yang terkandung dalam alat elektronik tersebut memiliki sifat yang iritatif. Artinya, jika barang-barang tersebut terpapar karena cara pengelolaan yang tidak tepat, dapat berdampak pada tubuh kita. Pengguna alat elektronik yang tidak memiliki latar belakang teknik atau ilmu yang sesuai sebaiknya tidak mengolah limbah elektronik ini sendiri, supaya terhindar dari dampak negatif tersebut. Oleh karena itu, persoalan sampah elektronik ini harus melibatkan berbagai pihak, dari pemerintah sebagai pembuat kebijakan hingga kita semua sebagai penggunanya.
Pemanfaatan E-waste
Meskipun sepertinya sampah elektronik punya dampak negatif yang banyak, tapi ada manfaatnya juga, lho DomaiNesians. Manfaat dari e-waste adalah urban mining. Material metal dan logam mulia itu sangat sulit diperbarui. E-waste adalah salah satu sumber untuk mendapatkan materi tersebut. Barang-barang elektronik seperti Printed Circuit Board (PCB) mengandung banyak metal seperti gold, silver, aluminium, platinum, palladium dan lain-lain. Contoh pemanfaatannya adalah aluminium yang dilebur untuk diproses menjadi ingot.
Pengelolaan alat elektronik bekas di Indonesia belum dilakukan secara efektif. Namun ada seorang anak muda yang membangun sebuah gerakan nonprofit untuk mengumpulkan barang-barang elektronik bekas. Rafa Jafar mempelopori gerakan tersebut ketika usianya masih 13 tahun dengan nama EwasteRJ. Rafa mengumpulkan barang-barang bekas elektronik tersebut, kemudian diserahkan pada perusahaan pengolah khusus limbah elektronik yang teregistrasi. Ia mengumpulkan barang-barang elektronik bekas dengan cara menyediakan kotak khusus yang disebut ewasteRJdropezone. Dropzone yang disediakan saat ini sudah merambat ke kota-kota besar seperti Jabodetabek dan Yogyakarta.
Gerakan yang digawangi oleh Rafa ini disambut baik oleh masyarakat. Ada banyak orang dari beberapa kota yang bertanya dimana saja kotak dropzone tersebut diletakkan. Ide ini tentu memerlukan dukungan dari banyak pihak. Untuk menjadikannya sebuah kebiasaan, masyarakat Indonesia, terutama pengguna alat elektronik tidak boleh acuh terhadap bahaya sampah elektronik. Bukan hanya pengguna, tetapi mereka yang bekerja sebagai pengepul sampah elektronik pun belum tentu tahu bagaimana pengolahan yang benar. Oleh karena itu, demi kebaikan bersama mari cari tahu lebih dalam tentang bagaimana cara mengelola sampah elektronik yang benar.
Baca juga: Kenalan Dengan Internet Positif Yuk!
Kesimpulan
Sampah elektronik kini menjadi limbah elektronik yang paling cepat meningkat. Jumlah sampah elektronik di Indonesia mencapai 1,3 juta ton. Sampah elektronik harus dikelola dengan cara yang berbeda karena mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun. Besarnya jumlah sampah yang dibuang tidak dibarengi dengan cara mengelola yang tepat. Penanganan yang tidak tepat kemudian akan menimbulkan pencemaran air, udara dan tanah. Meskipun sepertinya limbah elektronik punya dampak negatif yang banyak, tapi ada manfaatnya juga. Contoh pemanfaatannya adalah aluminium yang dilebur untuk diproses menjadi ingot.