• Home
  • Berita
  • SDLC Adalah Siklus Pembuatan Software Yang Perlu Kamu Ketahui

SDLC Adalah Siklus Pembuatan Software Yang Perlu Kamu Ketahui

Oleh Mila Rosyida

Pernahkah kamu mendengar istilah SDLC atau Software Development Life Cycle? Nah mungkin buat kamu yang bekerja di bidang teknologi dan digital mungkin sudah paham ya.

Tenang, SDLC adalah proses atau tahapan dalam pembuatan software baik berbentuk aplikasi web atau gadget. Untuk itu peran SDLC adalah hal yang kompleks, sehingga tidak hanya dilakukan oleh 1 orang saja, namun harus dalam tim.

Hal ini karena ada beberapa tahapan pada SDLC yang membutuhkan keahlian lain disamping keahlian pembuatan program. Seperti designer, software developer, analyst, QA engineer, dan lainnya. Yuk, ketahui lebih lanjut jenis-jenis SDLC dan tahapan SDLC!

SDLC Adalah

Software Development Life Cycle  atau SDLC adalah proses yang mengatur dan mendefinisikan tahapan dalam pembuatan perangkat lunak berkualitas tinggi. SDLC adalah mencakup seluruh siklus hidup perangkat lunak, mulai dari tahap awal hingga produk akhir.

Tujuan utama SDLC adalah untuk menghasilkan produk perangkat lunak yang berkualitas tinggi dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. SDLC adalah telah membagi tahap-tahapnya menjadi beberapa fase, termasuk Requirement gathering, designing, development, testing, dan maintenance.

Penting bagi kamu untuk mengikuti setiap tahapan ini dengan cermat untuk memastikan bahwa produk dikembangkan secara sistematis. Misalnya, bayangkan jika tim pengembang tidak mengikuti SDLC dan setiap anggota tim bekerja pada bagian yang berbeda-beda tanpa koordinasi yang baik.

Salah satu anggota mungkin mendesain fitur produk, sementara yang lain langsung membuat kode, dan lainnya fokus pada dokumentasi. Hasilnya, produk yang dihasilkan mungkin tidak sesuai dengan harapan karena kurangnya koordinasi dan pemahaman di antara anggota tim.

Berbeda jika tim menggunakan SDLC, tim akan bekerja bersama dalam tahap-tahap yang terdefinisi dengan jelas. Setiap tahap akan berfungsi sebagai dasar bagi tahap berikutnya.

sdlc adalah
Sumber : envato

Pada proses ini, tim akan mengerti persyaratan pelanggan, merancang perangkat lunak dengan baik, mengimplementasikan kode dengan cermat, menguji secara menyeluruh, dan memelihara produk setelah diterapkan.

Alasan Penting Menggunakan SDLC

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, terdapat beberapa alasan penting mengapa perlu menerapkan SDLC adalah : 

Dapat memetakan perencanaan dan penjadwalan

SDLC adalah membantu dalam merencanakan dan menjadwalkan setiap tahap proyek dengan rinci. Hal ini memungkinkan tim untuk memahami apa yang perlu dilakukan, berapa lama setiap tahap akan berlangsung, dan berapa banyak sumber daya yang dibutuhkan.

Adanya perencanaan dan estimasi yang tepat, memungkinkan proyek untuk memiliki panduan yang jelas untuk mencapai tujuan akhirnya. 

Menyediakan framework untuk serangkaian aktivitas

SDLC adalah menetapkan kerangka kerja dan tahapan aktivitas yang harus dilakukan dalam pengembangan perangkat lunak. Setiap tahap memiliki deliverables atau hasil yang diharapkan. Menggunakan  struktur ini akan memudahkan proyek untuk menjadi lebih teratur dan terarah.

Dapat sebagai mekanisme tracking dan mengontrol proyek

SDLC adalah menyediakan cara untuk melacak kemajuan proyek secara teratur. Melalui memiliki tahapan yang jelas dan deliverables yang telah ditentukan, tim dapat dengan mudah melihat di mana proyek berada dan apakah ada keterlambatan atau masalah yang perlu diatasi.

Sumber : envato

Meningkatkan visibilitas perencanaan proyek 

SDLC adalah membantu dalam mengkomunikasikan rencana proyek kepada semua pemangku kepentingan yang terlibat, termasuk tim pengembang, manajemen, dan klien. Adanya transparansi dapat membuat semua pihak dapat memiliki pemahaman yang sama tentang tujuan, jadwal, dan ekspektasi proyek.

Meningkatkan kecepatan proses pengembangan

Jika tim kamu mengikuti SDLC, tim dapat menghindari kebingungan dan kekacauan yang mungkin terjadi tanpa panduan yang jelas. Hal ini dapat menghemat waktu dan memastikan bahwa proyek bergerak maju dengan lancar, tanpa hambatan yang tidak berarti.

Membantu mengurangi risiko proyek 

SDLC adalah membantu dalam mengidentifikasi dan mengurangi risiko yang mungkin muncul selama pengembangan perangkat lunak. Adanya perencanaan yang matang, tim dapat memitigasi risiko potensial dan menghindari masalah besar yang dapat menghambat kemajuan proyek. Selain itu juga SDLC adalah proses yang membantu mengurangi overhead rencana manajemen proyek karena perencanaan dan kendali yang efisien.

Tahapan SDLC

Berikut ini tahapan SDLC adalah :

Requirement Gathering and Analysis

Tahapan pertama pada SDLC adalah Requirement Gathering and Analysis. Pada ttahap pertama, tim senior bekerja sama dengan para pihak terkait (stakeholder) untuk memimpin proses pengumpulan dan analisis kebutuhan pengguna.

Tim developer akan memahami apa yang diinginkan oleh pengguna dan mengubahnya menjadi persyaratan dan standar yang akan digunakan dalam pengembangan perangkat lunak.

Persyaratan yang telah dikumpulkan akan dituangkan dalam dokumen yang disebut SRS (Software Requirement Specifications) atau BRD (Business Requirement Document). 

  • Dokumen SRS berisi semua kebutuhan fungsional dan non-fungsional serta teknik yang akan digunakan dalam pembangunan perangkat lunak. Dokumen ini biasanya disusun oleh para programmer dan diajukan kepada tim developer
  • Di sisi lain, dokumen BRD berisi spesifikasi fungsional dari perangkat lunak dan semua kebutuhan serta syarat yang diajukan oleh pengguna. Dokumen ini biasanya disusun oleh analis bisnis dan diajukan kepada manajemen. 

Tahap Requirement Gathering and Analysis memberikan gambaran yang lebih jelas tentang keseluruhan ruang lingkup proyek, masalah yang akan dipecahkan, peluang, dan risiko yang mungkin timbul selama proses pengembangan.

Adanya dokumen SRS atau BRD memungkinkan tim developer dan pihak terkait untuk dapat memiliki panduan yang jelas untuk memulai proses pengembangan dengan lebih terarah dan efisien.

Design

Tahapan kedua pada SDLC adalah Design. Pada tahap design, tim desainer bekerja untuk mempersiapkan dokumen desain sistem dan perangkat lunak berdasarkan dokumen spesifikasi kebutuhan yang telah dikumpulkan pada tahap sebelumnya.

Dokumen desain ini sangat penting karena membantu menentukan arsitektur sistem secara keseluruhan. Tahap desain ini juga merupakan langkah awal untuk fase pengembangan selanjutnya. Tim UI/UX Designer berperan dalam menciptakan desain yang dibutuhkan. Beberapa elemen desain yang dibuat adalah:

  • Architecture Design: Merancang susunan sistem secara keseluruhan agar dapat berfungsi secara efisien dan terintegrasi dengan baik.
  • Mendesain User Interface: Membuat tampilan antarmuka pengguna yang menarik dan mudah digunakan.
  • Mendesain Alur Data (Diagram Alur Data): Menyusun bagaimana data akan mengalir dan diproses di dalam sistem.
  • Membuat Diagram Proses: Menggambarkan langkah-langkah proses yang akan terjadi dalam sistem. Tidak hanya bagi tim desainer, tahap ini juga penting bagi tim produk. Pada tahap ini, tim produk dapat:
  • Menentukan prioritas kerja: Memutuskan fitur-fitur apa yang akan diutamakan dalam pengembangan.
  • Menyusun Product Roadmap: Merencanakan jadwal dan rute pengembangan produk secara keseluruhan.
  • Meminta persetujuan dari stakeholder: Berdiskusi dan mendapatkan persetujuan dari pihak yang terkait dengan proyek.

Tahap desain ini membantu seluruh tim, baik tim developer maupun tim produk, untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang tujuan dan arah proyek. 

Sumber : envato

Development

Tahapan ketiga pada SDLC adalah Development. Setelah tahap perancangan sistem pada tahap design selesai, langkah selanjutnya dalam proses pengembangan perangkat lunak adalah fase coding atau development.

Pada tahap ini, tim developer akan mulai menerjemahkan desain sistem menjadi kode-kode bahasa pemrograman yang akan membentuk keseluruhan sistem.

Di fase pengkodean ini, tugas-tugas yang harus dikerjakan dibagi menjadi bagian-bagian kecil atau modul dan kemudian diberikan kepada berbagai developer yang terlibat dalam proyek ini.

Setiap developer bertanggung jawab untuk mengimplementasikan dan menulis kode untuk modul yang telah ditugaskan.

Hasil akhir dari tahap pengkodean ini adalah kumpulan source code atau kode sumber untuk perangkat lunak yang sedang dibangun.

Source code ini berisi instruksi-instruksi dalam bahasa pemrograman yang akan menjalankan berbagai fungsi dan fitur yang telah direncanakan sebelumnya.

Tahap pengkodean ini bisa menjadi fase terpanjang dalam siklus pengembangan perangkat lunak, tergantung pada ukuran dan kompleksitas proyek.

Selama fase ini, developer akan bekerja dengan tekun dan hati-hati untuk memastikan bahwa kode yang ditulis sesuai dengan desain dan spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Testing

Setelah software selesai dikembangkan (development), tahap berikutnya adalah menguji produk untuk memastikan bahwa semuanya berjalan dengan baik.

Tahap ini disebut tahap pengujian aplikasi atau website, dan tujuannya adalah untuk memastikan bahwa produk yang telah dibuat sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Proses pengujian melibatkan tim Quality Assurance (QA), tim developer, dan kadang-kadang juga melibatkan pengguna yang akan menggunakan produk tersebut.

Tugas utama tim Quality Assurance (QA) adalah memastikan bahwa software yang telah dikembangkan memenuhi semua persyaratan dan spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Selama tahap ini, QA mungkin akan menemukan beberapa masalah seperti bug, error, atau fitur yang tidak berfungsi dengan baik. Mereka akan berkomunikasi dengan tim developer untuk melaporkan temuan-temuan tersebut. 

Setelah tim developer menerima laporan dari QA, mereka akan memperbaiki masalah-masalah tersebut dan mengirim kembali produk yang telah diperbaiki ke QA untuk diuji ulang.

Proses ini berlanjut hingga software benar-benar bebas dari bug, stabil, dan berfungsi sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pengujian ini sangat penting karena memastikan bahwa produk yang akan dirilis telah melewati serangkaian pemeriksaan yang ketat dan siap digunakan oleh pengguna. 

Deployment

Setelah produk diuji, langkah selanjutnya adalah menerapkannya di lingkungan produksi atau melakukan UAT (User Acceptance Testing) tergantung pada kebutuhan pelanggan.

Pada tahap UAT, lingkungan yang mirip dengan lingkungan produksi dibuat dan pelanggan bersama dengan tim pengembang melakukan pengujian. Tujuan dari UAT adalah untuk memastikan bahwa aplikasi atau produk telah sesuai dengan harapan pelanggan.

Jika pelanggan menemukan bahwa aplikasi berfungsi sesuai yang diharapkan dan memenuhi kebutuhan mereka, maka mereka memberikan persetujuan untuk melanjutkan dengan penerapan produk.

Setelah mendapatkan persetujuan dari pelanggan, produk siap untuk “go live”, artinya produk siap untuk digunakan oleh pengguna secara resmi. Proses penerapan ini sangat penting karena memastikan bahwa produk telah diuji dengan baik dan siap untuk digunakan secara luas.

Sehingga, pelanggan dan pengguna dapat yakin bahwa produk yang mereka gunakan telah diuji dan sesuai dengan harapan mereka.

Maintenance

Setelah produk telah diterapkan dan pengguna mulai menggunakannya, ada tiga aktivitas utama yang biasanya terjadi:

Perbaikan bug

Ketika pengguna mulai menggunakan produk, kemungkinan akan ditemukan beberapa masalah atau bug yang tidak terdeteksi sebelumnya selama tahap pengujian.

Bug ini dilaporkan kepada tim pengembang untuk diperbaiki sehingga produk dapat berfungsi lebih baik dan bebas dari masalah.

Upgrade

Seiring berjalannya waktu, pengembang terus melakukan perbaikan dan pembaruan untuk produk. Hal ini bisa berupa upgrade ke versi perangkat lunak yang lebih baru dengan fitur yang lebih canggih atau perbaikan keamanan yang lebih kuat.

Upgrade bertujuan untuk meningkatkan performa dan kinerja produk agar lebih baik dari sebelumnya.

Sumber : envato

Enhancement

Selain memperbaiki bug, pengembang juga terus berusaha untuk meningkatkan produk dengan menambahkan fitur-fitur baru. Fitur ini bisa berupa perubahan desain, fungsionalitas baru, atau peningkatan kinerja.

Adanya enhancement, produk dapat terus berkembang dan tetap relevan dengan kebutuhan pengguna.

Fokus utama dari fase ini adalah untuk memastikan bahwa produk tetap memenuhi kebutuhan pengguna dan berfungsi sesuai dengan spesifikasi yang telah direncanakan sejak awal.

Dengan melakukan perbaikan, upgrade, dan enhancement secara berkala, produk akan terus berkembang dan dapat memberikan pengalaman yang lebih baik bagi pengguna.

Jenis-Jenis SDLC

Setelah mengetahui apa itu SDLC dan tahapannya, sekarang saatnya kamu mengetahui jenis-jenis SDLC adalah sebagai berikut :

Waterfall Model

Waterfall  adalah salah satu model yang digunakan dalam SDLC (Siklus Hidup Pengembangan Perangkat Lunak).

Model ini juga dikenal sebagai model sekuensial linier karena pengembangannya berlangsung secara berurutan dan linier. Pada model ini, setiap fase menghasilkan keluaran atau hasil yang menjadi masukan untuk fase berikutnya.

Artinya, pengembangan fase berikutnya hanya dapat dimulai setelah fase sebelumnya selesai dan menghasilkan keluaran yang dibutuhkan. Berikut beberapa tahapan umum dalam jenis waterfall model : 

  • Tahap pertama dalam Waterfall  adalah pengumpulan dan analisis kebutuhan. Pada tahap ini, tim developer mengumpulkan kebutuhan dari para pengguna dan menganalisisnya dengan teliti. Setelah kebutuhan tersebut telah ditetapkan dan disepakati, maka tahap selanjutnya yaitu Desain Sistem dapat dimulai. Pada tahap Desain Sistem, dokumen SRS (Software Requirement Specifications) dibuat sebagai keluaran dari tahap Kebutuhan dan menjadi masukan penting untuk tahap selanjutnya yaitu Perancangan Sistem.
  • Pada tahap Perancangan Sistem, tim developer membuat desain arsitektur dan desain perangkat lunak secara rinci. Dokumen-dokumen ini berperan sebagai masukan untuk tahap Implementasi dan pengkodean.
  • Tahap Implementasi adalah tahap di mana kode-kode perangkat lunak dikembangkan berdasarkan desain yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. Hasil dari tahap ini adalah perangkat lunak yang akan diuji pada tahap selanjutnya.
  • Pada tahap pengujian, perangkat lunak diuji secara menyeluruh untuk mendeteksi cacat atau bug. Jika ditemukan bug, maka bug tersebut dicatat dan diperbaiki oleh tim developer. Pengujian ulang dilakukan setelah perbaikan untuk memastikan bahwa bug telah diperbaiki dan perangkat lunak siap untuk digunakan.
  • Setelah perangkat lunak telah diuji dan tidak ada bug yang ditemukan, tahap selanjutnya adalah fase Deployment. Pada tahap ini, perangkat lunak siap untuk digunakan dan dipindahkan ke lingkungan produksi setelah mendapatkan persetujuan dari pelanggan.
  • Jika ada masalah atau bug yang muncul di lingkungan produksi, tim developer akan bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah tersebut selama periode pemeliharaan. Tahap pemeliharaan ini memastikan bahwa perangkat lunak tetap berfungsi dengan baik setelah diimplementasikan di lingkungan produksi.

Keuntungan Waterfall :

  • Waterfall  adalah model pengembangan perangkat lunak yang sederhana dan mudah dipahami. Setiap tahapnya dilakukan langkah demi langkah secara berurutan, sehingga proyek menjadi terstruktur dan lebih mudah dikelola.
  • Setiap fase dalam Waterfall  memiliki definisi dan batasan yang jelas. Hal ini mengurangi potensi kesalahan dan memudahkan tim untuk fokus pada setiap tahap dengan lebih baik. Dengan demikian, proyek menjadi lebih terorganisir dan dapat berjalan dengan lebih efisien.

Kekurangan Waterfall :

  • Waterfall  membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan proyek, terutama jika proyek memiliki skala besar. Hal ini dikarenakan setiap fase harus menunggu fase sebelumnya selesai sebelum dapat dimulai. Proses yang berurutan ini dapat menyebabkan proyek berdurasi lebih lama.
  • Waterfall  juga kurang cocok digunakan untuk proyek berdurasi pendek atau proyek dengan tenggat waktu yang ketat. Jika proyek harus selesai dengan cepat, model ini mungkin tidak dapat memberikan hasil yang diinginkan karena prosesnya yang berurutan dan terstruktur.
  • Selain itu, Waterfall  tidak ideal untuk proyek-proyek yang memiliki persyaratan yang tidak pasti atau cenderung berubah-ubah. Model ini mengharapkan bahwa persyaratan harus jelas dan terdefinisi dengan baik sejak awal dalam fase pengumpulan dan analisis persyaratan. Jika persyaratan terus berubah selama proses pengembangan, maka hal ini dapat menyebabkan biaya lebih tinggi karena perubahan akan diperlukan di semua fase yang telah dilalui.

V-Shaped Model

V-Model (Model Verifikasi dan Validasi) adalah salah satu model dalam pengembangan perangkat lunak. Pada model ini, verifikasi dan validasi berjalan beriringan, yang berarti proses pengembangan dan pengujian dilakukan secara paralel.

Model V mirip dengan Waterfall, namun perbedaannya terletak pada perencanaan pengujian dan pengujian yang dimulai pada tahap awal dalam V-Model.

Tahap Verifikasi

  1. Analisis Kebutuhan : Pada tahap ini, tim mengumpulkan dan menganalisis semua informasi yang diperlukan untuk proyek. Aktivitas verifikasi melibatkan meninjau dan memvalidasi persyaratan yang telah ditentukan.
  2. Desain Sistem : Setelah persyaratan jelas, tim merancang arsitektur dan komponen produk. Desain ini didokumentasikan dalam dokumen desain.
  3. Desain Tingkat Tinggi : Desain tingkat tinggi mendefinisikan arsitektur dan desain antarmuka antara dua modul. Desain ini menggambarkan fungsionalitas secara keseluruhan.
  4. Desain Tingkat Rendah : Desain tingkat rendah mendefinisikan arsitektur dan desain komponen individu yang lebih terperinci.
  5. Coding : Pengembangan kode dilakukan pada tahap ini berdasarkan desain yang telah dibuat sebelumnya.

Tahap Validasi

  1. Pengujian Unit : Pengujian unit dilakukan menggunakan kasus uji unit yang dirancang berdasarkan desain tingkat rendah. Pengujian unit ini dilakukan oleh pengembang itu sendiri untuk mendeteksi cacat dini.
  2. Pengujian Integrasi : Pengujian integrasi dilakukan menggunakan kasus uji integrasi berdasarkan desain tingkat tinggi. Pengujian ini dilakukan untuk menguji modul terintegrasi dan dilakukan oleh tim pengujian.
  3. Pengujian Sistem : Pengujian sistem dilakukan pada tahap desain sistem. Pada tahap ini, seluruh sistem diuji secara menyeluruh untuk memastikan bahwa fungsionalitasnya berjalan dengan baik.
  4. Pengujian Penerimaan : Pengujian penerimaan terkait dengan tahap analisis persyaratan dan dilakukan di lingkungan pelanggan. Tujuannya adalah memastikan bahwa produk memenuhi persyaratan pelanggan.

Keuntungan dari V-Model:

  • V-Model adalah model yang sederhana dan mudah dimengerti, sehingga cocok untuk proyek-proyek kecil dengan persyaratan yang sudah ditentukan dengan jelas dari awal.
  • Model ini juga sistematis dan disiplin, sehingga dapat menghasilkan produk berkualitas tinggi.

Kekurangan V-Model:

  • Model V kurang cocok untuk proyek-proyek yang sedang berlangsung atau proyek dengan perubahan persyaratan yang sering terjadi.
  • Jika ada perubahan persyaratan pada tahap selanjutnya, hal ini dapat menyebabkan biaya yang tinggi karena perubahan harus dilakukan di semua tahap yang telah dilalui.

Prototype Model

Model prototipe adalah salah satu model dalam pengembangan perangkat lunak di mana sebuah prototipe dibangun sebelum perangkat lunak yang sebenarnya.

Prototipe ini memiliki kemampuan fungsional yang terbatas dan kinerja yang mungkin tidak seefisien perangkat lunak finalnya. Pada model prototipe, digunakan fungsi dummy yang merupakan representasi awal dari perangkat lunak untuk memahami kebutuhan pelanggan.

Pembuatan prototipe perangkat lunak dilakukan sebelum perangkat lunak yang sebenarnya untuk mendapatkan umpan balik yang berharga dari pelanggan. Umpan balik tersebut kemudian diimplementasikan dalam prototipe yang kemudian di review ulang oleh pelanggan.

Proses ini berlangsung berulang kali sampai prototipe diterima oleh pelanggan.

Model prototipe bekerja dengan cara sebagai berikut:

  • Setelah pengumpulan persyaratan selesai, tim membuat desain cepat dan membangun prototipe berdasarkan desain tersebut yang kemudian disajikan kepada pelanggan untuk dievaluasi. 
  • Kemudian, pelanggan memberikan umpan balik dan perbaikan dilakukan pada prototipe berdasarkan umpan balik tersebut. 
  • Prototipe kemudian disajikan lagi kepada pelanggan untuk dievaluasi lebih lanjut. 
  • Proses ini berulang sampai pelanggan menyetujui prototipe yang akhir. Setelah prototipe disetujui, prototipe tersebut digunakan sebagai persyaratan untuk membangun perangkat lunak yang sebenarnya menggunakan pendekatan model waterfall.

Keuntungan Model Prototype

  • Keuntungan utama dari model prototype adalah bahwa ia dapat mengurangi biaya dan waktu pengembangan karena cacat atau masalah dapat diidentifikasi lebih awal dalam fase evaluasi. 
  • Fitur atau fungsionalitas yang hilang atau perubahan kebutuhan juga dapat diidentifikasi dan diimplementasikan dalam prototipe yang disempurnakan.
  • Salah satu keuntungan besar dari model prototipe adalah melibatkan pelanggan dari tahap awal pengembangan. Keterlibatan pelanggan membantu mengurangi kebingungan dalam hal persyaratan atau pemahaman tentang fungsi apa pun yang diperlukan dalam perangkat lunak.

Kekurangan Model Prototype

Namun, di sisi lain, kekurangan dari model prototipe adalah karena pelanggan terlibat dalam setiap fase pengembangan, mereka dapat mengubah persyaratan produk akhir. Hal ini dapat meningkatkan kompleksitas ruang lingkup dan berdampak pada waktu pengiriman produk yang lebih lama. Dalam beberapa kasus, perubahan persyaratan yang terus-menerus ini dapat mempengaruhi jadwal pengembangan dan menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian produk.

Spiral Model

Model Spiral adalah model pengembangan perangkat lunak yang menggabungkan pendekatan iteratif dan prototipe.

Model ini berjalan dalam iterasi, di mana setiap loop mewakili fase proses SDLC adalah seperti pengumpulan dan analisis kebutuhan, perencanaan, analisis risiko, pengembangan, evaluasi, desain, implementasi, dan pengujian.

Pada fase perencanaan, kebutuhan pelanggan dikumpulkan dan didokumentasikan untuk membuat spesifikasi kebutuhan perangkat lunak. Kemudian, dalam fase analisis risiko, solusi terbaik dipilih untuk mengatasi risiko yang terlibat, dan prototipe dibangun untuk menganalisis dan mengatasi risiko tersebut.

Setelah analisis risiko dilakukan, tahap rekayasa dilakukan dengan melakukan pengkodean dan pengujian perangkat lunak. Setelah itu, pelanggan mengevaluasi sistem yang dikembangkan, dan berdasarkan umpan balik tersebut, dilakukan iterasi berikutnya untuk perbaikan dan perubahan.

Keuntungan Model Spiral : 

Keuntungan dari Model Spiral adalah analisis risiko yang dilakukan secara ekstensif menggunakan prototipe sehingga masalah dan risiko dapat diidentifikasi lebih awal. Selain itu, perubahan atau peningkatan fungsi dapat dilakukan pada iterasi berikutnya, sehingga fleksibilitas dalam pengembangan ditingkatkan.

Kekurangan Model Spiral : 

Model ini lebih cocok untuk proyek besar dengan kompleksitas tinggi dan mungkin membutuhkan banyak iterasi, yang dapat menyebabkan biaya dan waktu pengembangan menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, Model Spiral biasanya tidak digunakan untuk proyek kecil atau pendek.

Iterative Incremental Model 

Model incremental iteratif adalah model pengembangan perangkat lunak yang membagi produk menjadi potongan-potongan kecil atau iterasi. Setiap iterasi berisi fitur-fitur yang akan dikembangkan, dan melalui fase-fase seperti analisis kebutuhan, perancangan, pengkodean, dan pengujian.

Pada setiap iterasi, produk yang sedang dikembangkan diverifikasi dan dikirimkan kepada pelanggan untuk evaluasi dan umpan balik. Umpan balik dari pelanggan kemudian diimplementasikan dalam iterasi berikutnya bersamaan dengan fitur-fitur baru yang ditambahkan.

Setiap iterasi menambahkan fitur ke produk, sehingga pada akhirnya, produk akhir akan memiliki semua fitur yang diinginkan. Fase dalam model ini terdiri dari tahap awal, fase elaborasi, tahap konstruksi, dan fase transisi.

Berikut penjelasan masing-masing fase tersebut: 

  • Fase awal mencakup analisis persyaratan dan ruang lingkup proyek. 
  • Fase elaborasi membahas arsitektur kerja produk, termasuk penanganan risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya. 
  • Fase konstruksi melibatkan implementasi dan pengujian kebutuhan fungsional produk. Sedangkan fase transisi adalah tahap dimana produk siap untuk didistribusikan di lingkungan produksi.

Keuntungan Model Incremental iteratif : 

  • Kemudahan dalam melakukan perubahan persyaratan karena fitur-fitur baru dapat diintegrasikan dengan mudah dalam iterasi berikutnya tanpa biaya tambahan. 
  • Risiko dianalisis dan diidentifikasi pada setiap iterasi sehingga masalah dapat dideteksi lebih awal. 
  • Pemecahan produk menjadi potongan-potongan kecil juga memudahkan dalam mengelola dan mengatur proyek.

Kekurangan  Model Incremental iteratif :

Model ini membutuhkan pemahaman yang lengkap tentang produk sejak awal untuk dapat memecahnya dan membangunnya secara bertahap. Jika pemahaman produk belum lengkap, model ini mungkin tidak efektif.

Selain itu, ada juga beberapa model lain dalam pengembangan perangkat lunak, seperti Model Big Bang, yang tidak memiliki proses yang ditentukan. Model Big Bang digunakan untuk proyek kecil dan kurang memerlukan perencanaan dan penjadwalan.

Meskipun sederhana, model ini tidak cocok untuk proyek besar, berkelanjutan, dan kompleks karena risiko dan ketidakpastian yang tinggi.

Big Bang Model

Model Big Bang adalah salah satu pendekatan dalam pengembangan perangkat lunak yang tidak memiliki proses yang ditentukan secara detail. Pada model ini, uang dan upaya disatukan untuk mengembangkan produk perangkat lunak tanpa adanya rencana yang terstruktur.

Hasil dari proses ini dapat sama atau bahkan berbeda dengan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh pelanggan.

Keuntungan Model Big Bang : 

Keuntungan dari Model Big Bang adalah kesederhanaannya. Model ini tidak memerlukan banyak perencanaan dan penjadwalan yang rumit sehingga memungkinkan pengembang untuk langsung melakukan analisis persyaratan dan pengkodean sesuai dengan pemahaman mereka.

Hal ini memberikan fleksibilitas kepada pengembang untuk membangun perangkat lunak sesuai dengan kreativitas dan pengetahuan mereka.

Kekurangan Model Big Bang : 

Model Big Bang memiliki beberapa kelemahan. Model ini hanya cocok untuk proyek-proyek kecil dengan kompleksitas rendah. Untuk proyek besar, berkelanjutan, atau kompleks, model ini tidak efektif karena dapat meningkatkan risiko dan ketidakpastian.

Tanpa pengujian formal dan tim penguji yang terorganisir, proyek dapat menghadapi kesulitan dalam mengatasi masalah dan cacat yang mungkin muncul.

Oleh karena itu, Model Big Bang sebaiknya digunakan secara bijaksana dan hanya dalam kasus-kasus di mana proyek memiliki skala kecil dan kompleksitas rendah.

Untuk proyek-proyek yang lebih besar dan kompleks, disarankan untuk menggunakan model pengembangan perangkat lunak yang lebih terstruktur dan terorganisir seperti model iteratif atau agile.

Agile Model

Model Agile adalah kombinasi dari model Iteratif dan Inkremental yang lebih berfokus pada fleksibilitas dalam mengembangkan produk daripada persyaratan yang telah ditentukan secara detail.

Pada model ini, produk dipecah menjadi build inkremental kecil, bukan dikembangkan sebagai produk lengkap sekaligus. Setiap build atau iterasi bertambah dalam hal fitur, dan build berikutnya dibangun di atas fungsionalitas yang telah ada sebelumnya.

Model Agile menyebut iterasi yang gesit disebut sebagai “sprint.” Setiap sprint biasanya berlangsung selama 2-4 minggu. Di akhir setiap sprint, pemilik produk memverifikasi produk yang telah dikembangkan, dan setelah mendapatkan persetujuan, produk tersebut dikirimkan kepada pelanggan.

Umpan balik dari pelanggan sangat dihargai dalam model Agile. Setiap saran dan perbaikan yang diberikan oleh pelanggan diimplementasikan dalam sprint berikutnya.

Pengujian juga dilakukan di setiap sprint untuk meminimalkan risiko kegagalan dan memastikan kualitas produk.

Keuntungan Agile Model : 

Keuntungan dari model Agile adalah memberikan fleksibilitas yang lebih tinggi untuk beradaptasi dengan perubahan dan fitur-fitur baru dapat ditambahkan dengan mudah. Kepuasan pelanggan menjadi prioritas dengan adanya umpan balik dan saran yang diambil di setiap tahap pengembangan.

Kekurangan Agile Model : 

Namun, model Agile juga memiliki beberapa kekurangan. Dokumentasi yang lengkap mungkin tidak terjadi karena fokus pada iterasi dan build yang cepat.

Pengembangan dengan model Agile memerlukan sumber daya yang berpengalaman dan terampil, karena tim harus beradaptasi dengan perubahan dan memastikan produk tetap berkualitas.

Jika pelanggan tidak memiliki gambaran yang jelas tentang produk yang mereka inginkan, maka proyek bisa menjadi rumit dan berisiko gagal

Mila Rosyida

Halo ! I'm a Technical Content Specialist in DomaiNesia. I love learn anything about Technical, Data, Machine Learning, and more Technology.


Berlangganan Artikel

Dapatkan artikel, free ebook dan video
terbaru dari DomaiNesia

{{ errors.name }} {{ errors.email }}
Migrasi ke DomaiNesia

Migrasi Hosting ke DomaiNesia Gratis 1 Bulan

Ingin memiliki hosting dengan performa terbaik? Migrasikan hosting Anda ke DomaiNesia. Gratis jasa migrasi dan gratis 1 bulan masa aktif!

Ya, Migrasikan Hosting Saya

Hosting Murah

This will close in 0 seconds