Apa itu Software Engineering: Pengertian, Kualifikasi dan Fungsinya!
Kamu mungkin sering mendengar istilah “software engineering,” tetapi apa sebenarnya yang dimaksud dengan istilah tersebut? Software engineering adalah bidang yang penting dalam dunia teknologi informasi, namun seringkali konsepnya masih membingungkan bagi banyak orang. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pengertian software engineering, kualifikasi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang software engineer, serta fungsinya dalam dunia bisnis.
Apa Itu Software Engineering?
Definisi Software Engineering
Software engineering adalah disiplin yang berkaitan dengan pengembangan, perancangan, pembuatan, dan pemeliharaan perangkat lunak (software) dengan menggunakan pendekatan sistematis, metodologi, dan prinsip-prinsip rekayasa.
Lebih dari sekadar menulis kode, software engineering melibatkan proses yang terorganisir untuk menghasilkan solusi perangkat lunak yang berkualitas, efisien, dan dapat diandalkan.
Sejarah Singkat Software Engineering
Konsep software engineering muncul pada pertengahan abad ke-20 sebagai respons terhadap kebutuhan akan pendekatan yang lebih sistematis dalam pengembangan perangkat lunak. Pada awalnya, pengembangan perangkat lunak lebih bersifat ad hoc dan tidak terstruktur.
Namun, dengan kompleksitas yang semakin meningkat dari perangkat lunak yang dibutuhkan dalam berbagai bidang seperti bisnis, militer, dan ilmu pengetahuan, muncul kebutuhan untuk pendekatan yang lebih terstruktur.
Pada tahun 1968, pertemuan pertama tentang software engineering diadakan di Garmisch, Jerman, yang dihadiri oleh banyak tokoh penting dalam bidang ini. Pada tahun yang sama, konferensi tersebut menghasilkan “Konferensi NATO tentang Perangkat Lunak”, yang dianggap sebagai tonggak penting dalam pengembangan software engineering modern.
Perbedaan Antara Software Engineering dan Programming
Meskipun seringkali disamakan, ada perbedaan penting antara software engineering dan programming. Programming lebih menekankan pada penulisan kode secara spesifik untuk menyelesaikan tugas tertentu, sedangkan software engineering mencakup seluruh siklus hidup pengembangan perangkat lunak, termasuk perencanaan, analisis, desain, implementasi, pengujian, dan pemeliharaan.
Software engineering juga menekankan pada penggunaan metodologi dan praktik terbaik untuk memastikan keandalan, kinerja, dan keamanan dari perangkat lunak yang dihasilkan.
Metode Software Engineering
1. Waterfall Model
Model Software engineering ini adalah salah satu pendekatan tradisional dalam pengembangan perangkat lunak yang terdiri dari serangkaian tahapan linier, dimulai dari analisis kebutuhan hingga pengiriman produk akhir.
Setiap tahap harus selesai sebelum memulai tahap berikutnya. Meskipun sederhana dan mudah dipahami, model ini kurang fleksibel terhadap perubahan dan tidak cocok untuk proyek-proyek yang kompleks atau berjangka waktu panjang.
2. Agile Methodology
Agile adalah pendekatan Software engineering yang menekankan pada kolaborasi tim, responsibilitas individu, komunikasi yang efektif, dan fleksibilitas terhadap perubahan yang cepat.
Dalam metodologi ini, pengembangan perangkat lunak dibagi menjadi iterasi pendek (sprint) yang biasanya berlangsung selama satu hingga empat minggu. Setiap iterasi menghasilkan produk yang dapat digunakan dan dapat dievaluasi oleh pemangku kepentingan. Agile memungkinkan tim untuk beradaptasi dengan perubahan kebutuhan atau prioritas selama siklus pengembangan.
3. Spiral Model
Model ini menggabungkan unsur-unsur dari model waterfall dengan iterasi dari pendekatan prototyping. Prosesnya berputar melalui empat tahap utama: perencanaan, analisis risiko, pembangunan, dan evaluasi. Spiral model cocok untuk proyek-proyek yang kompleks dan berisiko tinggi karena memungkinkan identifikasi dan mitigasi risiko secara proaktif.
4. Iterative and Incremental Development
Pendekatan Software engineering ini membagi pengembangan perangkat lunak menjadi serangkaian iterasi kecil, dengan setiap iterasi menambahkan fungsionalitas baru ke dalam produk. Setiap iterasi berfokus pada satu atau beberapa fitur dan menghasilkan versi produk yang dapat digunakan.
Incremental development memungkinkan untuk peningkatan yang bertahap dan evaluasi yang berulang, sehingga meminimalkan risiko dan memungkinkan untuk perubahan kebutuhan yang lebih mudah diakomodasi.
5. DevOps Approach
DevOps adalah pendekatan Software engineering yang menggabungkan pengembangan perangkat lunak (Dev) dengan operasi TI (Ops) untuk menciptakan siklus pengembangan dan pengiriman perangkat lunak yang terintegrasi dan otomatis. Tujuannya adalah untuk mengurangi waktu dan biaya pengiriman perangkat lunak sambil meningkatkan kualitas produk dan responsibilitas tim.
Memahami Software Development Lifecycle (SDLC)
Tahapan-tahapan dalam SDLC
- Requirement Gathering (Pengumpulan Kebutuhan): Tahap awal dalam SDLC di mana tim mengumpulkan dan menganalisis kebutuhan pengguna dan pemangku kepentingan. Ini melibatkan wawancara, diskusi, dan studi kasus untuk memahami apa yang diinginkan oleh pengguna akhir.
- Analysis (Analisis): Setelah kebutuhan terkumpul, tim menganalisis kebutuhan tersebut untuk mengidentifikasi fungsionalitas, keterbatasan, dan kebutuhan teknis lainnya.
- Design (Perancangan): Tahap ini melibatkan merancang arsitektur perangkat lunak, antarmuka pengguna, dan struktur data yang akan digunakan dalam pengembangan perangkat lunak.
- Implementation (Implementasi): Pada tahap ini, tim mulai menulis kode berdasarkan desain yang telah dibuat. Kode diuji secara berulang untuk memastikan kualitasnya.
- Testing (Pengujian): Setelah implementasi, perangkat lunak diuji untuk memastikan bahwa fungsionalitasnya sesuai dengan yang diharapkan dan bahwa tidak ada bug atau kesalahan.
- Deployment (Implementasi): Setelah perangkat lunak dianggap siap, itu diimplementasikan di lingkungan produksi dan disediakan untuk pengguna akhir.
- Maintenance (Pemeliharaan): Setelah implementasi, perangkat lunak memerlukan pemeliharaan rutin untuk memperbaiki bug, menambahkan fitur baru, dan memperbarui perangkat lunak sesuai kebutuhan pengguna.
Pentingnya Memahami SDLC bagi Seorang Software Engineer
Memahami SDLC penting bagi seorang software engineer karena membantu dalam merencanakan, mengelola, dan melaksanakan proyek perangkat lunak dengan efisien.
Dengan memahami setiap tahap dalam siklus hidup pengembangan perangkat lunak, seorang software engineer dapat mengidentifikasi risiko potensial, menetapkan waktu dan sumber daya yang diperlukan, dan memastikan bahwa proyek berjalan sesuai jadwal dan anggaran.
Contoh Implementasi SDLC
Sebagai contoh, pertimbangkan implementasi SDLC dalam pengembangan aplikasi perangkat lunak. Tahap awal akan melibatkan pengumpulan kebutuhan dari klien, diikuti oleh analisis dan perancangan aplikasi.
Kemudian, tim akan mulai mengimplementasikan aplikasi, menguji setiap fitur secara terpisah, dan melakukan pengujian integrasi untuk memastikan bahwa semua komponen bekerja sesuai yang diharapkan. Setelah itu, aplikasi akan di-deploy dan dimulai tahap pemeliharaan untuk memastikan bahwa aplikasi tetap berjalan dengan lancar dan memenuhi kebutuhan pengguna.
Baca juga: Mengenal Metode Waterfall dalam Software Development
Elemen Software Engineering
Requirement Engineering (Rekayasa Kebutuhan)
Requirement engineering adalah tahap awal dalam siklus pengembangan perangkat lunak yang sangat penting. Proses ini melibatkan identifikasi, analisis, dokumentasi, dan verifikasi kebutuhan perangkat lunak dari berbagai pihak yang terlibat, termasuk pengguna akhir, pemangku kepentingan, dan sistem lain yang terkait.
1. Identifikasi Kebutuhan
Tim pengembang perangkat lunak harus secara cermat mendengarkan kebutuhan dan keinginan pengguna serta pemangku kepentingan lainnya. Ini melibatkan wawancara, diskusi kelompok, dan survei untuk memastikan bahwa semua kebutuhan yang relevan diidentifikasi.
2. Analisis Kebutuhan
Setelah kebutuhan teridentifikasi, tim harus menganalisisnya dengan cermat untuk memahami implikasi teknis dan bisnisnya. Hal ini melibatkan pengelompokan kebutuhan menjadi kebutuhan fungsional (apa yang harus dilakukan sistem) dan non-fungsional (kualitas dan batasan sistem).
3. Dokumentasi Kebutuhan
Selama tahap ini, kebutuhan perangkat lunak didokumentasikan secara terperinci dalam bentuk spesifikasi kebutuhan. Dokumen ini harus jelas, lengkap, dan konsisten agar menjadi panduan yang berguna bagi tim pengembang.
4. Verifikasi Kebutuhan
Terakhir, kebutuhan perangkat lunak harus diverifikasi untuk memastikan bahwa mereka memenuhi harapan pengguna dan pemangku kepentingan. Ini melibatkan validasi kebutuhan dengan pihak terkait dan memastikan bahwa tidak ada kebutuhan yang terlewat atau disalahpahami.
Design (Perancangan)
Perancangan perangkat lunak adalah proses merancang struktur, arsitektur, dan komponen-komponen perangkat lunak yang akan dikembangkan. Ini melibatkan pemodelan sistem, pemilihan algoritma, dan merencanakan antarmuka pengguna.
1. Arsitektur Perangkat Lunak
Pada tahap ini, arsitektur perangkat lunak yang memadai harus dirancang. Ini termasuk menentukan bagaimana komponen-komponen perangkat lunak akan berinteraksi satu sama lain, serta menentukan bagaimana perangkat lunak akan berskala dan berkinerja.
2. Desain Komponen Individu
Selanjutnya, tim harus merancang komponen-komponen individual dari perangkat lunak, termasuk struktur data, algoritma, dan modul-modul fungsional. Desain ini harus memperhitungkan prinsip-prinsip desain yang baik dan memastikan bahwa komponen-komponen tersebut mudah dipelihara dan diperluas di masa depan.
3. Antarmuka Pengguna (UI/UX)
Bagian penting dari perancangan perangkat lunak adalah merancang antarmuka pengguna atau UI/UX yang intuitif dan mudah digunakan. Ini melibatkan pemikiran tentang navigasi, tata letak, dan interaksi antara pengguna dan sistem.
Coding (Pengkodean)
Pengkodean adalah proses menerjemahkan desain perangkat lunak menjadi kode yang dapat dieksekusi oleh komputer. Ini adalah tahap di mana ide-ide dan konsep-konsep dari perancangan perangkat lunak diubah menjadi bahasa pemrograman yang konkret.
1. Pemilihan Bahasa Pemrograman
Pemilihan bahasa pemrograman yang tepat adalah langkah penting dalam pengkodean. Ini harus mempertimbangkan kebutuhan proyek, ketersediaan sumber daya, dan preferensi tim pengembang.
2. Menulis Kode
Selama tahap ini, tim mulai menulis kode perangkat lunak berdasarkan spesifikasi dan desain yang telah dibuat sebelumnya. Kode harus dibuat dengan cermat, mudah dipahami, dan mematuhi standar pemrograman yang relevan.
3. Pengujian Kode
Setelah kode ditulis, itu harus diuji untuk memastikan bahwa itu berfungsi sesuai yang diharapkan dan tidak memiliki bug atau kesalahan. Pengujian dapat dilakukan secara otomatis atau manual, tergantung pada kompleksitas proyek.
4. Pemeliharaan Kode
Terakhir, setelah kode diuji dan dinyatakan bekerja dengan baik, itu harus dipelihara secara teratur untuk memperbaiki bug, menambahkan fitur baru, dan mengoptimalkan kinerja.
Testing (Pengujian)
Pengujian perangkat lunak adalah proses menguji fungsionalitas, kinerja, dan keamanan perangkat lunak untuk memastikan bahwa itu memenuhi kebutuhan pengguna dan pemangku kepentingan.
- Pengujian Fungsional: Ini melibatkan menguji apakah perangkat lunak melakukan apa yang diharapkan, sesuai dengan spesifikasi kebutuhan.
- Pengujian Non-fungsional: Ini mencakup pengujian aspek non-fungsional dari perangkat lunak, seperti keamanan, kinerja, dan skalabilitas.
- Pengujian Regresi: Ini adalah pengujian untuk memastikan bahwa perubahan atau penambahan fitur baru tidak merusak fungsionalitas yang sudah ada.
Maintenance (Pemeliharaan)
Pemeliharaan perangkat lunak adalah proses memperbaiki, meningkatkan, dan mengelola perangkat lunak setelah diluncurkan.
- Perbaikan Bug: Ini melibatkan memperbaiki bug atau kesalahan yang ditemukan oleh pengguna atau dalam pengujian.
- Penambahan Fitur Baru: Pemeliharaan juga mencakup menambahkan fitur baru ke dalam perangkat lunak sesuai kebutuhan pengguna.
- Optimasi Kinerja: Ini melibatkan memperbarui perangkat lunak untuk meningkatkan kinerja, keamanan, dan efisiensi.
- Pembaruan Keamanan: Pemeliharaan juga melibatkan memperbarui perangkat lunak untuk menanggapi ancaman keamanan yang baru atau yang sudah ada.
Baca juga: Usability Testing: Aspek Penting dalam Software Development
Model Pengembangan Software Engineering
1. Prototyping Model
Model prototyping adalah pendekatan Software engineering dalam pengembangan perangkat lunak di mana sebuah prototipe atau model awal dari perangkat lunak dibangun, diuji, dan kemudian diubah sesuai dengan umpan balik dari pengguna dan pemangku kepentingan.
Dalam model ini, tujuan utamanya adalah untuk memungkinkan pengguna melihat dan merasakan perangkat lunak sejak awal, sehingga mereka dapat memberikan umpan balik yang berharga untuk memandu pengembangan lebih lanjut. Prototipe ini mungkin sederhana dan tidak lengkap, tetapi harus cukup untuk mengilustrasikan konsep dan fungsionalitas utama yang diinginkan.
Proses ini sering kali dilakukan dalam iterasi, di mana setiap versi prototipe diperbarui dan ditingkatkan berdasarkan umpan balik yang diterima. Hal ini memungkinkan untuk evaluasi yang terus-menerus dari perangkat lunak dan adaptasi yang cepat terhadap perubahan kebutuhan atau prioritas.
Keuntungan dari model prototyping termasuk kemampuannya untuk mempercepat pemahaman kebutuhan pengguna, meminimalkan risiko kesalahan karena umpan balik diperoleh dari awal, dan memungkinkan proses pengembangan yang lebih fleksibel dan adaptif.
Namun, model ini juga dapat memiliki beberapa keterbatasan, seperti biaya dan waktu yang lebih tinggi karena iterasi yang berulang dan risiko bahwa prototipe mungkin tidak mencerminkan secara akurat solusi akhir yang diinginkan.
2. V-Model
Model V menggabungkan konsep dari model waterfall dengan tahapan pengujian yang terintegrasi secara erat. Dalam model ini, setiap tahap dalam pengembangan perangkat lunak memiliki tahapan pengujian yang sesuai yang secara paralel memvalidasi dan mengonfirmasi keluaran dari tahapan pengembangan.
Pada tahap awal, seperti dalam model waterfall, kebutuhan dikumpulkan dan dianalisis dengan hati-hati. Namun, setiap tahap pengembangan memiliki pasangan tahap pengujian yang berkorelasi, seperti pengujian unit, pengujian integrasi, pengujian sistem, dan seterusnya. Ini menciptakan struktur yang jelas dan terdokumentasi untuk pengembangan dan pengujian perangkat lunak.
Keuntungan dari model V adalah memastikan bahwa setiap tahap pengembangan diperiksa secara menyeluruh dan terverifikasi oleh tahapan pengujian yang terkait. Ini membantu mengurangi risiko kesalahan dan memastikan bahwa perangkat lunak memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Namun, model ini cenderung kurang fleksibel terhadap perubahan dan mungkin memerlukan lebih banyak waktu dan sumber daya untuk dilaksanakan.
3. RAD (Rapid Application Development)
RAD adalah pendekatan dalam pengembangan perangkat lunak yang menekankan pada pengembangan yang cepat, iteratif, dan responsif terhadap perubahan. Dalam model ini, fokus utama adalah untuk menghasilkan versi awal atau prototipe dari perangkat lunak dengan cepat menggunakan alat-alat dan teknik pengembangan yang canggih.
Pendekatan ini memungkinkan tim untuk mempercepat siklus pengembangan dan memungkinkan perubahan yang cepat dan iterasi berulang. Tim menggunakan komponen-komponen yang sudah ada atau alat-alat pengembangan yang sudah ada untuk mempercepat proses pengembangan.
Keuntungan dari RAD termasuk kemampuannya untuk mempercepat waktu pengembangan, memungkinkan untuk adaptasi yang cepat terhadap perubahan kebutuhan atau prioritas, dan mengurangi risiko pengembangan melalui iterasi cepat dan umpan balik yang terus-menerus.
Namun, model ini juga dapat memerlukan keterampilan teknis yang tinggi dari tim pengembang dan mungkin kurang cocok untuk proyek-proyek dengan kebutuhan yang sangat kompleks atau kritis.
4. Incremental Model
Model incrementa merupakan pendekatan di mana pengembangan perangkat lunak dilakukan secara bertahap, di mana setiap iterasi menghasilkan inkremental atau tambahan fungsionalitas baru ke dalam produk. Setiap inkremental yang dihasilkan dapat digunakan secara terpisah dan menghasilkan produk yang dapat diuji.
Dalam model ini, tim biasanya memulai dengan mengidentifikasi dan mengimplementasikan fungsionalitas yang paling penting atau kritis terlebih dahulu, dan kemudian secara bertahap menambahkan fungsionalitas tambahan melalui iterasi berikutnya.
Keuntungan dari model ini adalah memungkinkan penggunaan produk yang dapat digunakan secara bertahap, memungkinkan untuk validasi dan umpan balik pengguna yang cepat, dan mengurangi risiko pengembangan dengan fokus pada fungsionalitas yang terbatas pada setiap iterasi.
Namun, model ini memerlukan perencanaan yang cermat dan pengelolaan untuk mengoordinasikan inkremental yang berbeda, dan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk menghasilkan produk yang lengkap.
Skill yang dibutuhkan Software Engineer
Seorang software engineer harus memiliki keterampilan teknis, interpersonal, dan manajerial yang kuat untuk berhasil dalam industri ini. Berikut adalah beberapa keterampilan kunci yang dibutuhkan:
Keterampilan Teknis
- Pemrograman: Kemampuan dalam satu atau lebih bahasa pemrograman seperti Java, Python, JavaScript, C++, atau Ruby sangat penting. Seorang software engineer harus memiliki pemahaman yang kuat tentang sintaksis, struktur data, dan algoritma.
- Pengembangan Perangkat Lunak: Kemampuan untuk merancang, mengembangkan, dan menguji perangkat lunak dengan menggunakan metodologi pengembangan yang relevan seperti Agile atau Waterfall.
- Arsitektur Perangkat Lunak: Pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip arsitektur perangkat lunak seperti desain berorientasi objek, pola-pola desain, dan arsitektur mikro layanan.
- Pengalaman Pengguna (UX/UI): Pemahaman tentang prinsip-prinsip desain antarmuka pengguna yang baik dan pengalaman pengguna yang intuitif.
- Pengujian Perangkat Lunak: Kemampuan untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengelola pengujian perangkat lunak untuk memastikan kualitas dan kinerja yang optimal.
Keterampilan Interpersonal
- Komunikasi: Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan anggota tim, pemangku kepentingan, dan pengguna akhir untuk memahami kebutuhan, menyampaikan ide, dan memberikan laporan progres.
- Kolaborasi: Kemampuan untuk bekerja secara efektif dalam tim lintas disiplin dan berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan bersama.
- Pemecahan Masalah: Kemampuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan masalah dengan cara yang sistematis dan kreatif.
Keterampilan Analitis
- Analisis Kebutuhan: Kemampuan untuk menganalisis kebutuhan pengguna dan pemangku kepentingan untuk merumuskan solusi perangkat lunak yang efektif dan sesuai.
- Analisis Data: Pemahaman yang kuat tentang analisis data dan pemrosesan informasi untuk mengambil keputusan yang didukung oleh data.
Keterampilan Adaptabilitas
- Fleksibilitas: Kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan kebutuhan proyek, teknologi baru, atau tantangan yang muncul.
- Kreativitas: Kemampuan untuk berpikir di luar kotak dan menciptakan solusi yang inovatif untuk masalah yang kompleks.
Fungsi dan Tugas Software Engineering dalam Bisnis
Fungsi dan tugas software engineering memiliki peran yang penting dalam kesuksesan sebuah bisnis, terutama dalam era digital saat ini. Berikut beberapa fungsi utama mereka dalam konteks bisnis:
- Pengembangan Produk dan Layanan: Software engineer bertanggung jawab untuk mengembangkan produk dan layanan digital yang inovatif dan berkualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.
- Meningkatkan Efisiensi Operasional: Dengan mengembangkan perangkat lunak khusus, software engineer dapat membantu meningkatkan efisiensi operasional dalam berbagai aspek bisnis, mulai dari manajemen rantai pasokan hingga proses internal.
- Optimasi Pengalaman Pengguna: Mereka berperan dalam merancang dan mengembangkan antarmuka pengguna yang intuitif dan menarik untuk memastikan pengalaman pengguna yang optimal, yang dapat meningkatkan retensi pelanggan dan loyalitas merek.
- Analisis Data dan Pengambilan Keputusan: Software engineer membantu dalam analisis data dan pemrosesan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan yang berbasis data, yang memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi peluang baru, memahami perilaku pelanggan, dan merencanakan strategi masa depan.
- Keamanan Informasi: Mereka bertanggung jawab untuk memastikan keamanan data dan sistem informasi perusahaan melalui pengembangan solusi keamanan yang efektif dan pemantauan yang terus-menerus terhadap ancaman keamanan.
Pentingnya Peran Software Engineering
Software engineering merupakan disiplin yang penting dalam pengembangan perangkat lunak yang efektif dan inovatif. Dari pemahaman tentang konsep dasar hingga aplikasi praktisnya dalam berbagai model pengembangan, software engineer memainkan peran kunci dalam memastikan kesuksesan bisnis melalui pengembangan produk dan layanan yang berkualitas tinggi, meningkatkan efisiensi operasional, dan mendukung inovasi berkelanjutan.