Begini Pengertian Bug Beserta Penyebab dan Cara Mengatasinya
Apa itu bug? Pertanyaan itu bisa menghasilkan dua macam jawaban. Jika kamu bertanya ke orang awam, mereka pasti akan menjawab bug adalah serangga.
Tapi jika pertanyaan itu kamu tanyakan kepada programmer, jawabannya bukan lagi serangga.
Sebab, mereka akan mengatakan bahwa bug adalah kegagalan atau cacat yang menyebabkan adanya error pada suatu program software sehingga program yang dibuat tidak dapat dijalankan sebagaimana mestinya.
Pada dasarnya, semua software yang pernah kamu temui dan bahkan software yang kamu gunakan sekarang punya resiko error. Sebagai programmer, mereka memiliki tanggung jawab untuk menangani “kecacatan” itu secepat, seefektif, dan seefisien mungkin.
Namun, masih saja ada pertanyaan-pertanyaan yang paling sering dipertanyakan banyak orang, khususnya programmer pemula dan software tester di luar sana adalah apa itu bug?
Mengapa perangkat lunak pasti memilikinya? Dan bagaimana cara menghilangkannya? Kamu beruntung karena artikel ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara sederhana dan lengkap.
Apa Itu Bug?
Singkatnya, bug pada program komputer adalah suatu kecacatan atau kegagalan operasi sistem perangkat lunak.
Dengan adanya apa itu bug membuat program mengeluarkan output yang salah atau tidak sesuai atau bahkan tidak diinginkan oleh pengguna.
Contoh sederhananya pada kalkulator. Saat kamu menjumlahkan angka 1 dan 2, maka hasil yang seharusnya ditampilkan adalah 3 bukan?
Nah, kalkulator yang memiliki bug akan mengeluarkan penjumlahan angka yang salah, misal 4.
Peran bug dalam perangkat lunak dan sistem komputer
Pada dasarnya bug adalah masalah yang harus diperbaiki dalam perangkat lunak dan sistem komputer. Maka dari itu bug sangat berperan penting bagi kelangsungan hidup perangkat lunak dan sistem komputer.
Tanpa ada bug, perangkat lunak dan sistem konputer tidak akan memiliki umur yang panjang. Bug adalah tanda bahwa ada masalah dalam perangkat lunak atau sistem.
Bug berfungsi sebagai indikator adanya kesalahan atau ketidakcocokan dalam kode, konfigurasi, atau proses. Denga adanya bug, memaksa developer atau programmer untuk mencari dan memperbaiki masalah.
Dengan begitu tentu akan meningkatkan kualitas perangkat lunak dan keandalan sistem. Selain kerusakan, bug juga dapat berpotensi menyebabkan kerentanan keamanan.
Mendeteksi dan mengatasi bug yang berpotensi merusak ini adalah langkah penting dalam menjaga keamanan sistem. Meskipun bug seringkali dianggap sebagai masalah, peran bug dalam perangkat lunak dan sistem komputer sangat penting.
Dengan adanya bug tentu memicu perbaikan, mempromosikan pemahaman lebih dalam, dan mendorong pengembangan yang lebih baik.
Mengapa Perangkat Lunak Punya Bug?
Pada dasarnya, setiap aplikasi perangkat lunak yang ada di dunia ini telah melewati beberapa siklus pengujian (testing) sebelum dirilis ke pengguna akhir (end user).
Tim pengujian menguji aplikasi menggunakan serangkaian kasus uji yang ditulis berdasarkan persyaratan yang telah dibuat sebelumnya.
Saat menjalankan uji kasus, jika penguji menemukan hasil yang tidak terduga, mereka menandainya sebagai bug dan melaporkannya kepada programmer untuk memperbaikinya.
Lalu, yang menjadi pertanyaannya, “apa penyebab kemunculan error pada program komputer?”. Simak beberapa jawabannya di bawah ini.
Kesalahan Programmer
Kesalahan program yang tidak sengaja dibuat oleh programmer itu sendiri saat coding aplikasi.
Keberadaan apa itu bug bisa disebabkan oleh kesalahan logis, kesalahan penulisan sintak, kesalahan semantik, dan kurangnya unit testing dan debugging.
Kompleksitas Perangkat Lunak
Kompleksitas aplikasi perangkat lunak saat ini bisa menjadi rintangan bagi programmer yang tidak memiliki pengalaman dalam pengembangan perangkat lunak modern.
Antarmuka tipe Windows, Client-Server, Aplikasi Terdistribusi, Komunikasi Data, dan basis data relasional yang sangat besar semuanya berkontribusi pada pertumbuhan eksponensial dalam kompleksitas perangkat lunak atau sistem.
Keterbatasan Waktu Pengujian
Kurangnya pengujian karena waktu pengembangan produk yang terbatas atau tidak memiliki penguji yang handal untuk menguji aplikasi secara menyeluruh dapat menjadi masalah selanjutnya yang menghalangi pendeteksian apa itu bug berupa masalah dan cacat.
Miskomunikasi Antar Pihak Berwenang
Sering adanya perubahan dalam persyaratan pengembangan program sehingga menyebabkan miskomunikasi di antara klien, business analysts, programmer dan penguji.
Mengubah Persyaratan
Seperti yang sudah sempat disebut di poin keempat di atas, customer yang berperan sebagai stakeholder mungkin tidak memahami efek dari perubahan rencana pengembangan produk.
Misalnya mendesain ulang dan menjadwal ulang jobdesk programmer sehingga program yang sudah selesai mungkin harus dibuat ulang atau bahkan dibuang.
Dalam kasus ini, para developer dan programmer harus memahami risiko yang dihasilkan dan ahli QA & testing harus merencanakan strategi pengujian ekstensif berkelanjutan untuk menjaga program dari apa itu bug tidak lepas kendali.
Dokumentasi Pengembangan yang Buruk
Keadaan semakin buruk ketika programmer baru lah yang mengerjakan kode program sehingga mereka mungkin akan bingung karena kerumitan program dan kode yang tidak terdokumentasi dengan baik.
Alhasil, sulit untuk memelihara dan memodifikasi kode program yang ditulis atau didokumentasikan dengan buruk yang hasilnya kini kita tahu dari apa itu bug perangkat lunak.
Mengapa ada bug yang unik?
Apabila kamu perhatikan, sebenarnya ada beberapa bug yang memiliki sifat unik. Sifat unik disini berarti bahwa jarang terjadi atau disebut juga sebagai “bug aneh” atau “anomali”.
Uniknya bug ini bisa muncul karena berbagai alasan. Berikut ini beberapa faktor yang dapat menyebabkan bug bersifat unik :
- Memiliki kondisi yang khusus. Misalnya saat terdapat bug ketika pengguna melakukan serangkaian tindakan yang sangat spesifik atau dalam situasi yang jarang terjadi.
- Adanya interaksi komponen yang kompleks. Pada umumnya bug seringkali muncul ketika berbagai komponen perangkat lunak melakukan interaksi baik biasa maupun kompleks. Interaksi yang kompleks ini dapat menciptakan peluang bug unik untuk masalah terjadi.
- Faktor sumber daya perangkat. Dalam beberapa kasus, bug bisa muncul dikarenakan adanya pembatasan sumber daya, seperti keterbatasan memori perangkat.
- Adanya perubahan sistem. Bug yang unik atau aneh bisa muncul setelah adanya perubahan pada sistem atau perangkat keras yang tidak terduga. Perubahan seperti pembaruan perangkat lunak, perubahan konfigurasi, atau perubahan respon perangkat (fisik) dapat memicu bug yang sebelumnya tidak terlihat.
- Memungkinkan adanya human error. Terkadang, human error atau kesalahan manusia dalam mengembangkan atau testing perangkat lunak dapat menciptakan bug. Bisa jadi karena kesalahan algoritma, struktur koding yang kurang optimal, atau tindakan manusia yang tidak terduga.
- Kompleksitas perangkat lunak. Semakin besar dan kompleks perangkat lunak, maka semakin banyak peluang untuk ditemukannya bug. Beberapa bug mungkin tidak muncul selama pengujian atau testing tetapi hanya muncul ketika perangkat lunak digunakan dalam skenario nyata.
Contoh bug yang unik
Berikut ini merupakan contoh bug unik, antara lain :
1. The Year 2038 Problem: Ketika waktu sistem komputer mencapai batas
The Year 2038 Problem merupakan contoh bug yang berkaitan dengan masalah waktu di dalam komputer. Hal ini sering disebut sebagai “Y2K38 bug”. Kasus ini mirip dengan masalah Year 2000 (Y2K) yang terkenal, tetapi bedanya bug ini diperkirakan terjadi pada tahun 2038.
Bug ini muncul ketika sistem komputer menggunakan representasi waktu dalam format yang dikenal sebagai “UNIX time” atau “epoch time.” Pada format “UNIX time” atau “epoch time.”, waktu dihitung sebagai jumlah detik sejak 1 Januari 1970.
Dalam sistem ini, waktu diwakili dalam bentuk bilangan bulat (integer) yang menghitung detik dari awal tahun 1970. Masalahnya adalah bilangan bulat yang digunakan untuk merepresentasikan waktu ini memiliki batasan atas.
Perkiraannya seperti berikut, pada tanggal 19 Januari 2038 jumlah detik yang dapat direpresentasikan dalam format ini akan mencapai batas maksimumnya.
Setelah melewati tanggal tersebut, sistem yang menggunakan format ini akan mengalami kondisi “overflow” dan kembali ke nilai minimum yang mungkin, yaitu 1 Januari 1970, yang disebut “Epoch”.
Untuk mengatasi Year 2038 Problem, developer perangkat lunak dan sistem harus beralih ke format representasi waktu yang lebih besar atau menggunakan teknik lain untuk mengatasi batasan tersebut.
Sebagai contoh, menggunakan tipe data yang lebih besar untuk merepresentasikan waktu (seperti 64-bit daripada 32-bit) atau menggunakan solusi seperti Unix Time 64-bit dapat membantu mencegah masalah ini di masa depan.
2. Bug Heartbleed: Kelemahan pada protokol OpenSSL
Heartbleed merupakan salah satu contoh bug yang sangat signifikan dan berdampak besar yang muncul pada protokol OpenSSL.
OpenSSL adalah library perangkat lunak open-source yang digunakan untuk mengamankan koneksi dan enkripsi data dalam banyak aplikasi web dan layanan internet.
Bug Heartbleed terjadi pada tahun 2014 dan merupakan kerentanan keamanan yang memengaruhi banyak server web di seluruh dunia. Kerentanan ini sangat serius karena memungkinkan pihak yang tidak sah untuk mencuri data sensitif, termasuk kunci enkripsi, nama pengguna, kata sandi, dan data pribadi lainnya dari server yang terpengaruh.
Adapun penyebabnya adalah adanya kerentanan pada implementasi protokol Transport Layer Security (TLS) / Secure Sockets Layer (SSL) yang digunakan dalam OpenSSL.
Bug ini memungkinkan pihak yang tidak sah untuk membaca sejumlah data yang berada dalam memori server yang seharusnya tidak dapat diakses.
Dalam kerentanan Heartbleed, ahcker dapat mengirim permintaan khusus kepada server yang terpengaruh, yang akan mengizinkan mereka untuk membaca isi memori server yang berisikan data sensitif.
Setelah bug Heartbleed diketahui, developer OpenSSL segera merilis pembaruan perangkat lunak untuk mengatasi kerentanan tersebut.
Administrator sistem juga dianjurkan untuk memperbarui perangkat lunak OpenSSL pada server mereka dan mengganti kunci enkripsi yang mungkin telah bocor.
3. Bug Therac-25: Kecelakaan fatal akibat kesalahan perangkat lunak medis
Bug Therac-25 merupakan salah satu contoh terkenal dari dampak serius yang dapat terjadi akibat bug perangkat lunak dalam perangkat medis. Therac-25 adalah sistem perangkat medis radioterapi yang digunakan pada tahun 1980-an untuk mengobati pasien kanker.
Bug dalam perangkat lunaknya menyebabkan serangkaian kecelakaan radioterapi yang sangat serius yang berakibat pada cedera dan bahkan kematian pasien.
Serangkaian kecelakaan Therac-25 menyebabkan investigasi yang mendalam dan perbaikan yang signifikan dalam perangkat lunak dan prosedur penggunaan perangkat medis.
Selama penyelidikan, bug perangkat lunak ditemukan, termasuk konsekuensi berbahaya dari urutan perintah yang salah.
Kasus Therac-25 menjadi pelajaran penting tentang keamanan perangkat medis dan perlunya pengujian yang ekstensif dan peringatan yang jelas dalam perangkat medis yang mengendalikan dosis radioterapi.
4. Bug Y2K: Ancaman bencana Y2K saat pergantian milenium
Bug Y2K (Year 2000 Bug) adalah salah satu contoh bug yang sangat terkenal dan memiliki potensi bencana yang besar yang muncul ketika dunia beralih dari tahun 1999 ke tahun 2000.
Masalah dasar dalam Bug Y2K adalah penggunaan format tanggal yang hanya menyimpan dua digit tahun (misalnya, ’99’ untuk tahun 1999). Ketika tahun berubah dari ’99’ ke ’00’, sistem komputer yang menggunakan format ini dapat mengalami kebingungan karena tidak jelas apakah ’00’ merujuk pada tahun 1900 atau 2000.
Bug Y2K disebabkan oleh tata cara menyimpan tahun dalam format dua digit untuk menghemat ruang penyimpanan data. Contoh ini menciptakan potensi untuk kesalahan interpretasi tahun ketika tahun 2000 tiba.
Bug Y2K adalah contoh yang baik tentang bagaimana bug perangkat lunak yang tampak sepele dapat memiliki dampak serius dan memerlukan upaya besar dalam pemecahan masalah dan perbaikan.
Hal ini juga menggarisbawahi pentingnya perencanaan dan perancangan perangkat lunak yang baik untuk menghindari masalah serupa di masa depan.
5. Bug Ping of Death: Serangan melalui pesan ICMP yang mematikan sistem
Bug “Ping of Death” merupakan contoh bug pada sebuah kerentanan dalam implementasi protokol ICMP (Internet Control Message Protocol).
Bug ini memungkinkan penyerang untuk mengirim pesan ICMP dengan ukuran yang sangat besar yang dapat menyebabkan crash atau kegagalan sistem yang menerimanya.
Setelah bug ini teridentifikasi, produsen sistem operasi dan perangkat jaringan merilis pembaruan dan perbaikan keamanan untuk mengatasi kerentanan ini.
Pengguna disarankan untuk selalu memperbarui perangkat lunak mereka untuk menghindari eksploitasi kerentanan ini.
Keterbatasan Waktu Pengujian
Waktu testing bug adalah aspek penting dalam siklus pengembangan perangkat lunak. Keterbatasan waktu pengujian adalah situasi di mana ada batasan waktu tertentu yang mengharuskan pengujian untuk diselesaikan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Keterbatasan waktu pengujian dapat menjadi tantangan serius dalam pengembangan perangkat lunak. Ada beberapa langkah agar waktu pengujian dapat dilakukan dengan efektif, salah satunya adalah melakukan pengujian berkelanjutan selama seluruh siklus pengembangan.
Pengujian iteratif dapat menghadapi batasan waktu dalam setiap iterasi atau sprint, yang memerlukan fokus yang ketat untuk menyelesaikan pengujian dalam waktu yang telah ditentukan.
Untuk mengelola keterbatasan waktu pengujian, perlu perencanaan yang baik, prioritas yang jelas, dan komunikasi yang efektif antara tim pengembangan dan pengujian.
Kadang-kadang, diperlukan skenario tujuan pengujian yang paling penting dan memfokuskan upaya di sana, sambil menyadari risiko yang mungkin muncul dari keterbatasan waktu.
Miskomunikasi Antar Pihak Berwenang
Miskomunikasi antara pihak berwenang adalah masalah yang sering muncul dalam penanganan bug atau masalah perangkat lunak. Ini dapat menyebabkan kesulitan dalam identifikasi, pemahaman, dan pemecahan masalah.
Berikut adalah beberapa contoh miskomunikasi yang sering terjadi:
- Kurangnya Informasi yang Jelas : Pihak yang melaporkan bug mungkin tidak memberikan informasi yang cukup jelas tentang masalah yang mereka alami.
- Tidak Memahami Konteks : Miskomunikasi sering terjadi ketika pihak yang melaporkan bug dan pihak yang harus memperbaiki tidak memiliki pemahaman yang sama tentang konteks perangkat lunak yang bersangkutan.
- Kurang Jelasnya Laporan Bug: Laporan bug yang tidak terstruktur atau tidak lengkap seringkali menyebabkan miskomunikasi.
- Perbedaan Istilah dan Terminologi: Dalam dunia perangkat lunak, istilah dan terminologi teknis dapat berbeda dari satu kelompok pengguna atau pengembang ke yang lain. Ini bisa menyebabkan kebingungan dan miskomunikasi antara pihak yang berbeda.
- Kurangnya Keterlibatan Tim Teknis: Dalam beberapa kasus, tim yang melaporkan bug tidak memiliki keterlibatan langsung dalam tim pengembangan atau pengujian perangkat lunak. Ini bisa mengakibatkan ketidakcocokan dalam pemahaman masalah dan prioritas.
Mengubah Persyaratan
Mengubah persyaratan pada bug atau masalah perangkat lunak adalah hal yang umum terjadi selama proses pengembangan. Terkadang, setelah sebuah masalah atau bug dilaporkan dan dianalisis, terdapat kebutuhan untuk mengubah atau memperbarui persyaratan yang terkait. Adapun langkah-langkah nya bisa dilakukan seperti berikut :
- Identifikasi dan Pemahaman Masalah
- Validasi Masalah
- Analisis Persyaratan yang Ada
- Pembaruan Dokumentasi
- Komunikasi dengan Tim
- Membuat Penjadwalan dan Prioritas
- Melakukan Pengujian
- Melakukan Perubahan Kode
- Melaksanakan Pengujian Ulang
- Mendokumentasikan Hasil Akhir
Dokumentasi Pengembangan yang Buruk
Dokumentasi pengembangan yang buruk dalam konteks penanganan bug atau perangkat lunak secara umum dapat menyebabkan sejumlah masalah dan kesulitan.
Berikut adalah beberapa masalah yang mungkin timbul akibat dokumentasi pengembangan yang buruk:
- Kesulitan Melakukan Identifikasi Masalah: Dokumentasi yang buruk dapat membuat sulit untuk mengidentifikasi sumber masalah. Tim pengembangan dan pengujian mungkin harus menghabiskan waktu yang lebih lama untuk memahami kode atau aliran kerja yang tidak terdokumentasikan dengan baik.
- Keterlambatan dalam Penyelesaian Bug: Ketika bug muncul, tim pengembangan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk menemukan penyebabnya jika dokumentasi pengembangan tidak ada atau tidak lengkap.
- Ketidakpastian dalam Perubahan: Tanpa dokumentasi yang baik, sulit untuk memahami bagaimana perubahan yang diusulkan akan memengaruhi kode atau sistem secara keseluruhan.
- Keterbatasan Kolaborasi: Tim pengembangan yang besar dan tersebar membutuhkan dokumentasi yang baik untuk berkolaborasi secara efisien. Dokumentasi yang buruk dapat menghambat komunikasi antar anggota tim dan menghambat kerja sama yang produktif.
- Kurangnya Pengetahuan: Dokumentasi pengembangan yang buruk membuat sulit untuk mendokumentasikan pengetahuan yang ada dan mentransfernya kepada anggota tim yang baru.
- Ketidakmampuan Perbaikan : Dokumentasi yang buruk dapat menghambat kemampuan untuk memperbaiki dan memelihara perangkat lunak di masa depan. Tim pengembangan mungkin harus terus-menerus menghadapi kesulitan yang sama tanpa dokumentasi yang mencukupi untuk memberikan solusi yang tahan lama.
Bagaimana Cara Menghilangkan Bug?
Perlu kamu ketahui lebih dalam dari apa itu bug bahwa kecacatan dalam program komputer memiliki siklus hidup.
Pertama, saat sumber error sistem ditemukan, bug tersebut berada dalam status ‘new’. Lalu saat dilaporkan ke programmer, statusnya menjadi ‘assigned’.
Disaat programmer bekerja untuk memperbaikinya, statusnya dalam keadaan ‘open’. Jika masalah telah diperbaiki, itu ditandai sebagai ‘fixed’.
Setelah itu penguji mulai menguji aplikasi lagi untuk memeriksa apakah masalah tetap ada. Selama waktu ini error pada program dalam status ‘test’.
Jika masalah tidak lagi berlanjut, penguji menandainya sebagai ‘verified’ dan kemudian berstatus ‘closed’ jika sudah dikonfirmasi.
Jika masalah berlanjut, maka program dipindahkan ke status ‘re-opened’.
Nah, agar programmer bisa melakukan semua siklus tadi dengan mudah dan lancar, berikut ini kami rangkum beberapa cara yang bisa digunakan untuk menghilangkan error. Check this out!
Jangan Asal Memperbaiki Error
Jika kamu menemukan potensi error, jangan langsung buru-buru menghilangkannya. Atau malah kamu akan menambahkan dampak buruk error pada programmu.
Terlebih apabila kamu menemukan error tertentu yang hanya memengaruhi sebagian kecil fungsi program, cara ini bisa kamu gunakan.
Dalam alur kerja pengembangan program yang sehat, dengan kamu mengetahui apa itu bug, kamu harus memprioritaskan bug dari area pengembangan lainnya.
Misalnya upaya mengembangkan fitur baru, arsitektur program, dan pekerjaan infrastruktur. Berikut adalah beberapa pedoman yang penting untuk diikuti saat memperbaiki error dalam perangkat lunak:
- Identifikasi Akar Permasalahan: Sebelum mencoba memperbaiki error, penting untuk mengidentifikasi akar permasalahan. Apakah bug ini muncul karena kesalahan pemrograman tertentu, perubahan dalam konfigurasi sistem, atau faktor lainnya? Menyelidiki dan memahami penyebab sebenarnya adalah langkah pertama yang penting.
- Pahami Resiko dan Konsekuensi: Sebelum melakukan perubahan, pertimbangkan konsekuensi dari perbaikan yang diusulkan. Apakah perbaikan ini akan memengaruhi fungsionalitas lain dalam perangkat lunak atau sistem? Apakah ada risiko yang terkait dengan perbaikan ini?
- Replikasi Error: Cobalah untuk mereplikasi error atau bug tersebut di lingkungan pengujian atau pengembangan yang aman sebelum melakukan perbaikan.
- Jangan Hanya Berasumsi: Jangan mengasumsikan bahwa kamu mengetahui apa yang seharusnya dilakukan tanpa melakukan penelitian atau pengujian yang memadai. Asumsi yang salah dapat mengakibatkan perbaikan yang tidak benar dan menyebabkan masalah baru.
- Pantau Hasil: Setelah memperbaiki error, pantau hasilnya dengan cermat. Pastikan bahwa perbaikan yang kamu lakukan memecahkan masalah tanpa menciptakan bug baru.
- Melakukan Dokumentasi Perubahan: Selalu dokumentasikan perubahan yang kamu buat. Ini membantu dalam pelacakan perubahan, pemahaman pengembang yang lain, dan kemampuan untuk memecahkan masalah di masa depan.
- Uji Keseluruhan: Jika mungkin, uji sistem secara menyeluruh setelah perbaikan. Pastikan bahwa tidak ada perubahan yang tidak diinginkan dalam fungsionalitas lain yang muncul sebagai akibat dari perbaikan.
- Koordinasi Tim: Dalam lingkungan pengembangan yang lebih besar, pastikan untuk berkoordinasi dengan anggota tim lain yang mungkin terpengaruh oleh perbaikan yang Anda lakukan.
- Rencanakan Plan Lain: Bersiaplah untuk kemungkinan perbaikan yang tidak berhasil atau memperkenalkan masalah baru. Memiliki rencana darurat dan cadangan dapat membantu mengurangi dampak yang merugikan.
Gunakan Issue Tracker
Sejatinya kamu tidak bisa memperbaiki error yang tidak kamu ketahui asal-usulnya.
Oleh karena itu, issue tracker adalah bagian penting dari toolbox untuk merekam dan menyelesaikan apa itu bug sendiri.
Issue tracker dapat digunakan untuk menyimpan daftar error saat ini, memprioritaskan nya, merekam informasi, dan mengkomunikasikan status kembali ke staf pendukung seperti programmer atau pengguna.
Kamu bisa gunakan issue tracker milik GitHub dan GitLab.
Mengumpulkan Semua Informasi Error
Kamu bisa melakukan tahapan ini dengan membuat laporan tentang apa itu bug issue. Laporan bug yang dibuat dengan baik harus memiliki struktur berikut:
- Langkah-langkah mereproduksi program
- Fungsi program yang diharapkan
- Fungsi yang sebenarnya terjadi
- Konfigurasi sistem yang digunakan untuk membantu menghilangkan error
Catatan: Langkah-langkah untuk mereproduksi harus sedetail dan sespesifik mungkin. Programmer harus menyertakan konteks yang relevan, misalnya jenis file yang dimuat dalam perangkat lunak pada saat itu atau status lainnya.
Buatlah Asumsi Atau Kemungkinan Jawaban
Saat menghadapi sebuah bug atau masalah dalam perangkat lunak, adalah penting untuk membuat beberapa asumsi atau kemungkinan jawaban yang mungkin untuk membantu dalam identifikasi dan pemecahan masalah.
Namun, asumsi ini harus bersifat hipotesis awal dan perlu diuji untuk memastikan kebenarannya. Berikut adalah beberapa contoh asumsi atau kemungkinan jawaban yang mungkin saat menghadapi bug:
- Adanya asumsi masalah konektivitas jaringan
- Adanya asumsi masalah konflik perangkat lunak (Software Conflict)
- Adanya asumsi bug di Versi Perangkat Lunak Terbaru
- Adanya asumsi kebijakan keamanan yang ketat
- Adanya asumsi masalah konfigurasi
- Adanya asumsi perangkat keras yang bermasalah
- Adanya asumsi gangguan dari aplikasi eksternal
- Adanya asumsi masalah kapasitas (Resource Limitations)
Mulai Perbaiki Error
Cara yang baik untuk mulai mempersempit masalah dan mulai memperbaiki bug adalah mulai dengan menghilangkan error yang terlihat jelas sehingga akan mudah diuji.
Namun, tahapan yang buruk dalam memperbaiki apa itu bug akan membuat programmer bisa menghabiskan banyak waktu untuk menempuh jalan yang salah.
Oleh karena itu, kamu bisa gunakan beberapa perangkat berikut ini.
- Debugger
Debugger adalah tools yang sangat berharga dalam perangkat pengembang yang dapat menghemat banyak waktu programmer untuk memperbaiki program.
Kebanyakan IDE seperti Xcode, Visual Studio, IntelliJ memiliki debugger bawaan, tetapi jika kamu lebih suka menggunakan text editor, kamu bisa gunakan debugger GDB (GNI Project Debugger).
Sedangkan dalam pengembangan web, sebagian besar browser sudah memiliki debugger bawaan.
- Buatlah Program Cadangan Untuk Pengujian
Dalam program yang besar dan kompleks, programmer cenderung memiliki banyak hal yang mempengaruhi status program.
Oleh karena itu pendekatan alternatif untuk debugging adalah dengan membuat program cadangan untuk pengujian kecil yang dapat mereproduksi bug yang kita alami.
Hal ini dapat dilakukan dengan menyalin kode yang relevan dari aplikasi utama ke aplikasi pengujian yang baru dan kemudian menyalin potongan kode yang relevan untuk selanjutnya diperiksa apakah masih ada error.
Periksa Ulang Arsitektur Program
Memeriksa ulang arsitektur program adalah langkah yang sangat penting dalam mengatasi bug, terutama jika bug tersebut terkait dengan masalah yang lebih dalam dalam struktur perangkat lunak.
Berikut adalah panduan langkah demi langkah untuk memeriksa ulang arsitektur program saat menghadapi bug:
- Mulailah dengan memahami arsitektur program secara keseluruhan baik komponen, hubungan antar komponen, aliran data, dan logika inti aplikasi.
- Identifikasi komponen proses data yang terlibat dalam perbaikan program.
- Periksa ulang logika atau algoritma. Pastikan sesuai dengan persyaratan dan perbaikan aplikasi.
- Periksa apakah ada validasi data yang memadai dan langkah-langkah keamanan dalam arsitektur program untuk mencegah masalah yang mungkin.
- Pastikan bahwa perubahan tersebut tidak mempengaruhi struktur program secara yang lainnya.
- Gunakan mode debugging untuk melacak aliran eksekusi program.
- Jika menemukan masalah atau cacat dalam arsitektur, pertimbangkan untuk merevisi desain arsitektur program. Dan segera lakukan perbaikan dan juga pengujian ulang.
- Pastikan untuk mendokumentasikan perubahan arsitektur yang kamu buat. Ini membantu dalam pemeliharaan dan memahami lebih lanjut tentang aplikasi di masa depan.
Jangan Takut Program Kamu Punya Bug, Hadapi Saja!
Jadi bagaimana, sudah paham apa itu bug serta penyebab dan cara memperbaiki program yang terkena error?
Harapannya melalui artikel ini juga, kamu bisa mengatasi program yang error yang disebabkan bug dengan menerapkan beberapa cara terbaik di setiap tahap proses software atau web development.
Meskipun tidak semua error akan hilang 100% dari program.
Apabila kamu sudah stuck atau bingung harus mengatasi error dengan cara apa lagi, kamu bisa bertanya ke teman atau orang yang ahli dalam “pemberantasan” bug yaitu bug bounty.
Setidaknya, dengan mengurangi resiko error dalam suatu program, para programmer juga mengurangi kemungkinan terburuk program bisa di hack oleh hacker.
Selain itu, kamu juga bisa mencegah terjadinya hacking pada program website dengan menggunakan SSL atau Secure Socket Layer. Kamu bisa dapatkan SSL terbaik se-Indonesia di DomaiNesia, lho!